sumber : http://bundociara.blogspot.com/
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa nifas (puerpurium) adalah
waktu yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir kira-kira
6 minggu. Akan tetapi seluruh alat kandungan kembali seperti semula (sebelum
hamil)dalam waktu kurang
lebih 3 bulan. di mulai
dengan kehamilan, persalinan dan di lanjutkan
dengan masa nifas merupakan masa yang kritis bagi ibu dan bayinya.
Kemungkinan timbul masalah dan penyulit selama masa nifas. Apabila tidak segera
ditangani secara efektif akan membahayakan kesehatan, bahkan bisa menyebabkan
kematian dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. untuk itu pemberian asuhan kebidanan kepada ibu
dalam masa nifas sangat perlu dilakukan yang bertujuan untuk
menjaga kesehatan ibu dan bayi, melaksanakan deteksi dini adanya komplikasi dan
infeksi, memberikan pendidikan pada ibu serta memberikan pelayanan kesehatan
pada ibu dan bayi.
Selama masa nifas ibu akan mengalami berbagai perubahan. pelayanan
atau asuhan merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan
ibu nifas normal dan mengetahui secara dini bila ada penyimpangan yang
ditemukan dengan tujuan agar ibu dapat
melalui masa nifasnya dengan selamat dan bayi sehat.
Menurut Varney (1997),
penatalaksanaan menajemen kebidanan sebagai proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode mengorganisasikan fikiran dan tindakan melibatkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan logis
untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
BAB
II
PEMBAHASAN
ASUHAN IBU MASA NIFAS NORMAL
A. Pengertian
1.
Masa nifas dimulai setelah lahir dan berakhir ketika alat
– alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil dan berlangsung kira-kira 6
minggu (APN, 2002).
2.
Masa Nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika organ-organ reproduksi
kembali seperti semula dan berlangsung kira-kira 6
minggu (Saifuddin, 2002)
B. Tujuan
Asuhan Masa Nifas
1) Menjaga
kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikologi.
2) Melaksanakan
skriningg yang komprehensif mendekati masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu maupun pada bayinya.
3) Memberikan
pelayanan keluarga berencana.
4) Mencegah
atau mendeteksi atau menetalaksanakan komplikasi yang timbul pada waktu
pasca persalinan, baik medis, bedah
atau obstetric.
5) Dukungan
pada ibu dan keluarganya pada peralihan kesuasana keluarga baru.
6) Promosi
dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bainya secara
memberikan
pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya, gizi, istirahat, tidur dan
kesehatan diri
serta memberikan micro nutrusi, jika perlu.
7) Konseling
asuhan bayi baru lahir.
8) Dukungan
ASI
9) Konseling
dan pelayanan KB termasuk nasehat hubungan seksual
10) Imunisasi
ibu terhadap tetanus.
Bersama ibu dan
keluarganya mempersiapkan seandainya terjadi komplikasi (MNH, 2002)
2.1 Pengkajian data fisik dan
psikososial
§ Pengkajian
data fisik
A. Melakukan
pemeriksaan fisik dan pengkajian psikososial terhadap ibu, ayah dan anggota
keluarga
B. Mendeteksi
adanya penyimpangan dari kondisi yang normal
C. Dari masa
prenatal, kaji masalah kesehatan selama kehamilan yang pernah timbul,
seperti: anemia, hipertensi dalam
kehamilan dan diabetes.
D. Kaji proses
persalinan, lama dan jenis persalinan, kondisi selaput dan cairan ketuban,
respon bayi terhadap persalinan,
obat-obatan yang digunakan, respon keluarga
khususnya ayah pada persalinan dan
kelahiran.
E. Dilakukan
segera pada masa immediate postpartum, seperti: observasi tanda vital,
keseimbangan cairan, pencegahan
kehilangan darah yang abnormal dan eliminai urin.
§ Pengkajian data psikososial
Respons ibu dan
suami terhadap kelahiran bayi Pola hubungan ibu, suami dan
keluarga Kehidupan spiritual dan ekonomi keluarga Kepercayaan dan
adat istiadat. Adaptasi
psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan, apakah ibu
pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan dengan suami,
hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga lain, dukungan sosial dan pola
komunikasi termasuk potensi keluarga untuk memberikan perawatan kepada klien.
Adakah masalah perkawinan, ketidak mampuan merawat bayi baru lahir, krisis
keluarga.
Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan,
bingung dan mudah menangis.
Depresi :
Konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif,
rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak berguna, kecemasan yang berlebihan
pada dirinya atau bayinya, sering cemas saat hamil, bayi rewel, perkawinan yang
tidak bahagia, suasana hati yang tidak bahagia, kehilangan kontrol, perasaan
bersalah, merenungkan tentang kematian, kesedihan yang berlebihan, kehilangan
nafsu makan, insomnia, sulit berkonsentrasi.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan budaya
pada perawatan post partum, makanan atau minuman, menyendiri bila menyusui,
pola seksual, kepercayaan dan keyakinan, harapan dan cita-cita.
2.2 Riwayat Kesehatan Ibu
a) Riwayat
kesehatan yang lalu,
Kaji apakah ibu
pernah atau sedang menderita penyakit yang dianggap berpengaruh pada kondisi
kesehatan saat ini. Misalnya penyakit-penyakit degeneratif (jantung DM, dll),
infeksi saluran kencing.
b) Riwayat
penyakit keturunan dalam keluarga
Kaji
apakah di dalam silsilah keluarga Ibu
mempunyai penyakit keturunan. Misalnya
penyakit ashma, Diabetes Melitus dan
penyakit keturunan lainnya.
c) Riwayat penyakit
menular dalam keluarga
Kaji
apakah keluarga ibu mempunyai riwayat
penyakit menular. Misalnya TBC, hepatitis
dan HIV/AIDS.
d) Riwayat KB dan
Perencanaan Keluarga
Kaji
pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang
pernah
digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana penambahan
anggota
keluarga dimasa mendatang.
e) Kebiasaan
Sehari-Hari
a. Pola nutrisi :
pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori,
protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola
minum, jumlah, dan
frekuensi.
b. Pola istirahat
dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang
mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau
gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan
pada perineum).
c. Pola eliminasi
: Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia
(hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi
over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa talut luka
episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi, rasa
takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
d. Personal
Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut dan wajah.
e. Aktifitas :
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan
merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui.
f. Rekreasi dan
hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuat fresh dan relaks.
2.3 Pemeriksaan
fisik
·
Tanda-tanda vital
·
Tujuan
Tanda-tanda vital meliputi : suhu tubuh, nadi, pernafasan
dan tekanan darah. Mengukur tanda-tanda vital bertujuan untuk memperoleh data
dasar memantau perubahan status kesehatan klien diaantaranya tanda adanya
infeksi.
a. Tekanan darah
Segera setelah
melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah
sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan kanan darah sebelum hamil
selama beberapa hari bidan bertanggung jawab mengkaji resiko preeklamsi
pascapartum, komplikasi
yang relatif jarang, tetapi serius, jika peningkatan tekanan darah signifikan.
b. Suhu
Suhu maternal
kembali dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrapartum dan stabil
dalam 24 jam pertama pascapartum. Perhatikan adanya kenaikan suhu samapi 38
derajat pada hari kedua sampai hari
kesepuluh yang menunjukkan adanya morbiditas puerperalis.
c. Nadi
Denyut nadi
yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal selama beberapa jam
pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan, dan nyeri akut atau
persisten dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi diatas 100 selama
puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau
hemoragi pascapartum lambat.
d. Pernapasan
Fungsi
pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama pascapartum.
Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi –
kondisi seperti kelebihan cairan, seperti eksaserbasi asma, dan emboli paru.
e. Keadaan Umum :
Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
f. Kepala,wajah
dan leher
a). Pemeriksaan Wajah
·
Tujuan
Untuk mengenditifikasi adanya tanda anemis, eklampsi
postpartum biasa terjadi 1-2 hari postpartum.
·
Cara
Kerja
1). Inspeksi muka : Simetris, warna kulit muka, ekspresi
wajah dan pembengkakan
daerah wajah dan
kelopak mata.
2). Inspeksi konjungtiva, dengan cara:
a). Anjurkan
pasien untuk melihat lurus kedepan
b). Tarik kelopak
mata bagian bawah ke bawah dengan menggunakan ibu jari.
c). Amati
konjungtiva, untuk mengetahui ada tidaknya kemerahan/atau keadaan vaskularisasinya.
b). Pemeriksaan Leher
·
Tujuan
Untuk mengkaji adanya infeksi traktus pernafasan, jika ada
panas sebagai diagnose banding.
·
Cara
Kerja
1). Inspeksi leher untuk melihat bentuk dan kesimetrisan
leher serta pergerakannya.
2). Palpasi pada nodus limfe dengan cara:
a). Duduk
dihadapan pasien
b). Anjurkan
pasien untuk menengadah kesamping menjauhi pemeriksaan sehingga jaringan lunak
dan otot-otot akan relaks.
c). Lakukan
palpasi secara sistematis dan determinasikan menurut lokasi, batas-batas dan
ukuran, bentuk dan nyeri tekan pada setiap kelompok kelenjar limfe:
Submandibular (ditengah-tengah antara sudut dan ujung mandibular) dan sub mental
(pada garis tengah beberapa cm dibelakang ujung mandibula). Periksa
ekspresi wajah, adaya oedema, sclera dan konjuctiva mata, mukosa mulut, adanya
pembesaran limfe, pembesaran kelenjar thiroid dan bendungan vena jugolaris.
g. Dada dan
payudara
Auskultasi jantung dan paru-paru sesuai indikasi keluhan ibu, atau perubahan nyata pada penampilan
atau tanda-tanda vital.
Pengakajian
payudara pada periode awal pascapartum meliputi penampilan, Pembesaran,
simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan integritasi puting,
posisi bayi pada payudara, stimulation nepple erexi adanya kolostrum, apakah
payudara terisi susu, Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan,
nyeri, dan adanya sumbatan ductus, kongesti, dan tanda – tanda mastitis
potensial. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
Pemeriksaan
payudara
Tujuan:
Sebagai
pemeriksaan tindak lanjut dari pemeriksaa payudara prenatal dan
segera setelah melahirkan apakah ada komplikasi postpartum misalnya
bendungan
pada payudara (3-5 hari postpartum), abses payudara, mastitis (3-4
minggu
postpartum)
Cara Pemeriksaan
1). Inspeksi Payudara:
a.
Cek kecukupan penyangga dengan menggunakan bra yang pasa dan tepat dalam
menyanggapayudara
b.
Bantu pasien mengatur posisi duduk menghadap kedepan, telanjang dada dengan
kedua
tangan rileks di sisi tubuh
c. Inspeksi kulit payudara mengenai warna, lesi,
vaskularisasi dan udema
d. Inspeksi Epitelium putting: Karakteristik ukuran
(kecil,besar), bentuk (menonjol, datar, mendelep), pengeluaran cairan dan
banyaknya (kolostrum, ASI, pus, darah) dan luka/lecet pada putting susu.
2). Palpasi
payudara untuk memastikan
a. Lakukan palpasi di sekeliling putting susu untuk
mengetahui adanya keluaran. Bila
adanya
maka identifikasi keluaran tersebut mengenai sumber, jumlah, warna,
konsistensi,
dan kaji terhadap adanya nyeri tekan.
b. Angkat
dan lipat tangan pasien Palpasi daerah
klavikula dan ketiak terutama pada area
limfe nodi
c. Lakukan
palpasi setiap payudara dengan teknis bimanual terutama untuk payudara yang
beukuran besar dengan cara:
pertama tekankan telapak tangan tiga
jari tengah ke permukaan payudara pada
kuadran
samping atas. Lakukan palpasi dengan
gerakan memutar terhadap dinding dada dari tepi
menuju areola dan memutar searah
jarum jam.
d. Lakukan payudara sebelahnya.
h. Abdomen dan
uterus
Evaluasi
abdomen terhadap involusi uterus, teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal),
musculus rectus abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis recti dan
kandung kemih, distensi, striae. Untuk involusi uterus periksa kontraksi uterus, konsistensi
(keras, lunak, boggy), perabaan
distensi blas, posisi dan
tinggi fundus uteri. : Tinggi fundus uterus, lokasi, kontraksi uterus,
nyeri.
Pemeriksaan
abdominal
· Tujuan
1). Untuk memeriksa
kandung kemih (adanya distensi dikarenakan retensi urine) biasa
terjadi setelah lahir
2). Memeriksa involusi uterus
(lokasi fundus, ukur dengan jari tangan dan konsistensi
(keras atau lunak)
3). Menentukan ukuran diastasis rektus abdominalis
(derajat pemisahan otot rektus
abdominis) sebagaiu evaluasi denyut otot abdominal
dengan menentukan derajat diastasis.
4). Memeriksa CVA (costovertebral angle) rasa sakit
pada CVA /letak pertemuan dari iga
ke 12 atau yang terbawah dari otot
paravertebral sejajar dengan kedua sisi
tulang
punggung dan disana terdapat ginjal di
posterior dekat dengan permukaan kulit, rasa
sakit di tranmisikan melalui saraf 10, 11, 12
dari rongga dada sebagai identifikasi
adanya penyakit ginjal atau ISK.
5). Dengan
teknik auskultasi untuk mendengar bising usus (deteksi dari mendeteksi
adanya parametritis)
6). Dengan
palpasi dan tekanan pada perut bagian bawah untuk mendeteksi adanya abses
pelvic dan lain-lain.
·
Cara pemeriksaan
1).
Pemeriksaan kandung kemih
Pemeriksaan
dilakukan dengan palpasi menggunakan 1 atau 2 tangan, akan teraba apabila ada
distensi, jika ada distensi maka lakukan perkusi untuk mengetahui
suara/tingkatan redupnya.
2). Pemeriksaan TFU
a. Bidan tidak boleh mempunyai kuku yang panjang
b. Lebih baik bidan menghangatkan tangan, tangan
jangan sampai dingin mencegah
reflex
pasien mengencangkan otot perut sehungga menyulitkan pemeriksaan.
c. Letakkan tangan pada sisi lateral uterus, palpasi
fundus uteri dengan posisi tangan menelungkup, dengan patokan ukuran umbilicus
dan simfisis, nilai juga kontraksi
uterus.
d. Selama pemeriksaan perhatikan ekspresi wajah
pasien.
3). Pemeriksaan diastasis rektus abdominalis
a. Posisikan pasien berbaring tanpa bantal dikepala
b. Letakkan tangan kanan merapat dibawah umbilicus
tengah abdominal dengan ujung
jari
telunjuk dibawah umbilicus dan tangan kiri dengan jari merapat di atas
simfisis.
c. minta pasien mengangkat kepala dan berusaha
meletakkan dagunya di daerah antara payudara
fungsi supaya otot aabdominal mengencang. Tempat tidur pastikan pasien tidak
menekan dagu pada klavikula, tangan tidak menekan dan mensengkram kasur dan
tempat tidur.
d. Tangan bidan akan
merasakan otot abdominal sperti 2 pita karet, arahkan kedua tangan
kegaris tengah darin 2 otot jika ada diastasis maka akan terasa batas yang
tegas.
e. Ukur jarak kedua otot tersebut dengan satuan jari
tangan
f. Letakkan kedua tangan dengan punggung tangan
berhadapan untuk memebri tanda batas diatasis otot, posis kedua tangan
dipertahankan.
g. Minta pasien untuk menurunkan kepala dan rileks
kembali.
h. Ukur kembali jarak kedua otot dengan cara yang
sama.
i. Dokumentasikan
hasisl pemeriksaan dengan hasil=diastasis 2/5 jari (artinya 2 jari saat
kontrksi dan 5 jari saat rilkes)
j. Pemeriksaaan kehalusan CVA
1).Metoda
A
a. Wanita
duduk dengan seluruh punggung terbuka.
b. Letakkan telapak tangn bidan pada CVA satu sis
i.
Genitalia
Pengkajian perinium terhadap memar, oedema, hematoma, penyembuhan
setiap jahitan, inflamasi. Pemeriksaan type, kuntitas dan bau lokhea.
Pemeriksaan anus terhadap adanya hemoroid.
j.
Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya odema, nyeri tekan atau panas pada betis
adanya tanda homan, refleks. Tanda homan di dapatkan dengan
meletakkan satu tangan pada lutut ibu, dan lakukan tekanan ringan untuk menjaga
tungkai tetap lurus. Dorsifleksi kaki tersebut jika terdapat nyeri pada betis maka tanda
homan positif.
k.
Perubahan psikologis
Setelah proses
persalinan, terjadi perubahan yang dramatis bagi seorang ibu dimana ibu kini mempunyai
bayi yang harus dilindungi dan dipenuhi kebutuhannya. Dalam perubahan
psikologis terdapat beberapa periode :
1. Periode Taking
In
a) Periode
ini terjadi 1-2 hari sesudah kelahiran, ibu pasif dan tergantung, dia khawatir
akan
tubuhnya.
b) Ibu
akan mengulang-ngulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan
c) Tidur
tanpa gangguan sangat penting, bila ibu ingin mencegah gannguan tidur, pusing,
iritabel, interference dengan proses
pengembalian keadaan normal.
d) Peningkatan
nutrisi
2. Periode Taking
Hold
a) Periode
ini berlangsung pada hari 2-4 post
partum. Ibu menjadi perhatian pada
ke mampuannya menjadi
orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab
bayinya.
b) Ibu
konsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, buang air kecil, buang air
besar,
keluatan, dan ketahanan tubuhnya.
c) Ibu
berusaha keras untuk menguasai tentang keterampilan tentang perawatan bayi
misalnya : menggendong, menyusui,
memandikan dan memasang popok.
d) Pada
masa ini ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal
tersebut, cenderung menerima nasihat bidan
atau perawat karena ia terbuka untuk
menerima pengetahuan dan kritikan yang
bersifat pribadi. Pada tahap ini bidan penting
memperhatikan perubahan yang mungkin
terjadi.
3. Periode letting
Go
a) Terjadi
setelah di rumah
b) Tanggung
jawab ibu dalam merawat bayi
l.
Data pengetahuan/perilaku ibu
Kaji
pengetahuan ibu yang berhubungan dengan perawatan bayi, perawatan nifas, asi
ekslusif cara menyusui, KB serta hal-hal lain yang penting diketahui ibu
dalam masa nifas dan meyusui.
Pengetahuan ibu
dan keluarga tentang peran menjadi orang tua dan tugas-tugas perkembangan
kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus, perubahan fungsi
blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda vital bayi,
perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan kenyamanan,
kebutuhan minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene,
payudara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat,
menyusui, memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali
kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan
kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan
perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan
jadwal imunisasi.
C. Pendokumentasian
asuhan kebidanan
I. Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
A. Data Subyektif
1. Biodata yang mencakup identitas pasien
a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
b. Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
d. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauhmana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
f. Suku / bangsa
Berpengaruh pada adapt istiadat atau kebiasaan sehari hari.
g. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
h. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan
2. Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
4. Riwayat Perkawinan.
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas.
5. Riwayat Obstetrik
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
b. Riwayat Persalinan sekarang.
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
6. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
7. Kehidupan Sosial Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adapt istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan.
8. Data Psikososial
Untuk mengatahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi / psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.Cukup sering ibu menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor.
Penyebab yang paling menonjol adalah :
a. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
b. Rasa sakit masa nifas awal.
c. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum pada kebanyakan Rumah sakit. Di Rumah Sakit biasanya diakibatkan oleh kebijakan kunjungan yang kaku, kebijakan perawatan yang tidak fleksibel dan tidak ada ketetapan untuk berada di Ruang.
d. Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit
e. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
9. Data Pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas.
10. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari.
a. Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.
b. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
c. Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.
d. Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.
e. Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat – alat reproduksi.
B. Data Obyektif
Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang bidan harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen – komponen pengkajian data obyektif ini adalah :
1. Vital sign
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya.
a. Temperatur / suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena isirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai > 38 ยบ C adalah mengarah ke tanda – tanda infeksi.
b. Nadi dan pernafasan
1). Nadi berkisar antara 60 – 80x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan .
2). Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena adanya vitium kordis.
3). Beberapa ibu postpartum kadang – kadang mengalami bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai serendah – rendahnya 40 sampai 50x/menit, beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin, tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa hal itu adalah suatu kelainan .
4). Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20 – 30x/menit.
c. Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit – penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan .
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki
3. Pemeriksaan obstetric
a. Inspeksi
Perlu dilakukan untuk mengetahui pengeluaran pervaginam apakah sesuai dengan masa nifasnya serta pengeluaran ASI.
b. Palpasi
Untuk mengetahui involusi uteri seperti : TFU, kontraksinya dan lochea serta keadaan payudara apakah terdapat benjolan, pembesaran kelenjar atau abses, serta bagaimana keadaan putting.
c. Perkusi
Bagaimana keadaan reflek patella.
4. Data penunjang
I. Intepretasi Data
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diintepretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan.
A. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus, Anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas.
Data dasar meliputi :
1. Data Subyektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya.
2. Data Obyektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda – tanda vital.
B. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien.
Data dasar meliputi :
1. Data Subyektif
Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien
2. Data Obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan
II. Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini.
III. Antisipasi Masalah
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
IV. Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah diluhat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juaga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.
Penyuluhan, konseling dari rujukan untuk masalah-masalah social, ekonomi atau masalah psikososial. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan pada kasus ini adalah
A. Observasi meliputi keadaan umum, kesadaran, tanda – tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, anjurkan ibu untuk segera berkemih, observasi mobilisasi dini, jelaskan manfaatnya.
B. Kebersihan diri
1. Jaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.
2. Ganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK
C. Istirahat
1. Cukup istirahat
2. Beri pengertian manfaat istirahat
3. Kembali mengerjakan pekerjaan sehari – hari.
D. Gizi
1. Makan bergisi, bermutu dan cukup kalori.
2. Minum 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui.
3. Minum tablet Fe / zat besi.
4. Minum vitamin A (200.000 unit)
E. Perawatan payudara
1. Breast care
2. Jaga kebersihan payudara
3. Beri ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan.
F. Hubungan sexual
Beri pengertian hubungan seksual kapan boleh dilakukan.
G. Keluarga berencana
Anjurkan pada ibu untuk mengikuti KB sesuai dengan keinginannya.
V. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga.
A. Mengobservasi meliputi
1. Keadaan umum
2. Kesadaran
3. Tanda – tanda vital dengan mengukur (tekanan darah, suhu, nadi, respirasi).
4. Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
5. Menganjurkan ibu untuk segera berkemih karena apabila kandung kencing penuh akan menghambat proses involusi uterus.
6. Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini untuk memperlancar pengeluaran lochea, memperlancar peredaran darah.
B. Kebersihan diri
1. Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.
2. Mengganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK
C. Istirahat
1. Memberi saran pada ibu untuk cukup tidur siang agar tidak terlalu lelah.
2. Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat menyebabkan produksi ASI kurang, proses involusi berjalan lambat sehingga dapat menyebabkan perdarahan.
3. Menganjurkan pada ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan sehari – hari.
D. Gizi
1. Mengkonsumsi makanan yang bergisi, bermutu dan cukup kalori, sebaiknya ibu makan makanan yang mengandung protein, vitamin dan mineral.
2. Minum sedikitnya 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui.
3. Minum tablet Fe / zat besi selama 40 hari pasca persalinan.
4. Minum vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
E. Perawatan payudara
1. Breast care
2. Menjaga kebersihan payudara
3. Memberi ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan.
F. Hubungan sexual
Memberi pengertian hubungan seksual kapan boleh dilakukan.
G. Keluarga berencana
Menganjurkan pada ibu untuk segera mengikuti KB setelah masa nifas terlewati sesuai dengan keinginannya.
Comments
Post a Comment